Bagai Lilin Menerangi Kegelapan

Jumat, 03 Juni 2011

ARTIKEL ILMIAH

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA UMN AL WASHLIYAH MEDAN
Oleh
Sri Wahyuna Saragih (Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Kimia UNIMED Medan) Tahun 2010

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar kimia untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa di Jurusan Pendidikan Fisika UMN Al Washliyah Medan. Sampel yang diambil secara acak sebanyak 110 orang, penelitian ini dilaksanakan di kelas A dan B  pada semester 1. Penelitian dilakukan untuk 3 pokok bahasan yaitu Struktur dan Sifat-sifat Atom, Ikatan Kimia. Dan Stoikiometri. Metode penelitian ini adalah eksperimen semu. Teknik analisis data menggunakan Uji Chi Square ,Uji T dan Anava (Analisis Varians).
Pada pokok bahasan struktur dan sifat-sifat Atom hasil belajar pada post tes 1 untuk kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa (72.14 ± 24.94) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa kelompok kontrol (67.80 ± 21.00).  Pada post tes 2 untuk kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa (64.56 ± 22.42) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa kelompok kontrol (55.38 ± 21.51). Pada pengajaran pokok bahasan Ikatan Kimia pada pos test 1 untuk kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa (78.40 ± 23.19) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa kelompok kontrol (64.56 ± 25.39) sedangkan pada pos test 2  untuk kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa (73.3 0± 23.96) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa kelompok kontrol (57.48 ± 23.01). Pada pengajaran pokok bahasan Stoikiometri pada pos test 1 untuk kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa (72.26 ± 20.14) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kimia siswa kelompok kontrol (59.00 ± 23.25) sedangkan pada pos test 2  untuk kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa (67.80 ± 22.24) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kimia mahasiswa kelompok kontrol (51.80 ± 21.09). Perbedaan dalam uji ini berbeda secara signifikan.
Pengaruh rata – rata hasil belajar kimia mahasiswa pada posttest 1 dan posttest 2 bersama – sama terhadap motivasi belajar berbeda secara signifikan pada ketiga pokok bahasan yaitu struktur dan sifat-sifat atom, ikatan kimia dan stoikiometri.

Kata Kunci : Pembelajaran Berbasis Masalah, Kimia Dasar, Motivasi Belajar.


PENDAHULUAN
            Belajar merupakan proses perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Perkembangan tersebut analog dengan perkembangan tumbuhan. Tumbuhan batang akan tumbuh lurus secara alamiah dalam areal yang tidak ada satu tumbuhanpun yang mengganggunya. Jika ada tumbuhan lain yang lebih besar menghalanginya, maka batang tersebut akan berkembang pula secara alamiah, walaupun harus dengan membelokkan arahnya menuju arah matahari.
            Penyelenggara proses belajar mengajar di perguruan tinggi, seringkali mata pelajaran kimia dianggap sebagai mata pelajaran yang paling sulit, sehingga hasil belajar siswa/mahasiswa menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar siswa/mahsiswa disebabkan oleh beberapa factor antara lain, kurangnya minat baca siswa/mahasiswa, terbatasnya buku panduan yang dimilki, pengajaran yang masih bersifat tradisional khususnya pengajaran tentang kimia.
Perkembengan ilmu kimia juga memunculkan perkembangan pola berpikir secara kritis dan tidak menerima apa adanya. Berpikir secara ilmia diawali dengan pertanyaan apa dan mengapa sebagai dasar perkembangan ilmu. Misalnya, apakah karat itu besi?, mengapa karat besi berwarana coklat?, apakah air minerala itu ?, mengapa air mineral baik untuk diminum ?, mengapa air sumur berbau ?, apakah penyebab air sumur menjadi bau ?.
Bagi siswa/mahasiswa pembelajaran kimia sering membosankan atau menjenuhkan sehingga pelajaran kimia cenderung diabaikan oleh siswa/mahasiswa dalam proses belajarnya, karena pelajaran yang berlangsung di sekolah/perguruan tinggi ternyata masih sangat teoritis dan kurang menerapkan model pemblajaran yang sudah banyak dikembangkan oleh para ahli sampai saat ini. Proses belajar cenderung sepihak.
            Hal ini sangat memerlukan model pembelajaran yang lebih bermakna, salah satunya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Ada beberapa definisi terhadap pembelajaran berbasis masalah salah satunya menurut Duch (1995) :
            ”Pemelajaran Berbasis Masalah adalah model pendidikan yang mendorong siswa/mahasiswa untuk mengenal cara belajardan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Stimulsi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa/mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Pembelajaran berbasis masalah menyiapkan siswa/mahasiswa untuk berfikir secara kritis dan analitis, serta mampu mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran”
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
            Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatuyang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar (Nurhayati Abbas, 2000:12). Guru dalam model pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas penelitian.
            PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pebelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
            Dukungan sosial dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat pebelajar termotivasi untuk memecahkannya. Dukungan sosial dalam kelompok, adanya kondisi yang saling memotivasi antar pebelajar dapat menumbuhkan kondisi ini. Suasana kompetitif antar kelompok juga dapat mendukung kinerja kelompok. Dukungan sosial dan kontekstual hendaknya dapat diakomodasi oleh para guru/dosen untuk mensukseskan pelaksanaan pembelajaran.
            Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
            Gejala umum yang terjadi pada siswa dan mahasiswa pada saat ini adalah “malas berpikir” mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya terhadap pendapat tersebut. Bila keadaan ini berlangsung terus maka siswa atau mahasiswa akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, pelajaran di kelas adalah untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu, model PBL mungkin dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong siswa/mahasiswa berpikir dan bekerja ketimbang menghafal dan bercerita.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian meliputi     Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian efektifitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar kimia mahasiswa meliputi tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode dan rancangan penelitian,  prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen, teknik analisa data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen semu, dimana pada kelompok eksperimen menerapkan model pembelajaran berbasis masalah sedangkan pada kelompok kontrol tanpa menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Pada kedua kelas, mahasiswa diajarkan dengan pokok bahasan yang sama yaitu Struktur Atom, Ikatan Kimia, dan Stoikiometri Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 1 Jurusan Pendidikan Fisika  UMN Al Washliyah Medan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Sebelum dilakukan perlakuan pada kelompom eksperimen dan kelompok kontrol maka terlebih dahulu dilakukan pre test. Pada kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran berbasis masalah dan perlakuan dilakukan untuk 3 pokok bahasan yaitu Struktur dan Sifat-sifat Atom, Ikatan Kimia, dan Stoikiometri. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan model pembelajaran berbasis masalah. Setelah dilakukan perlakuan pada sampel maka dilakukan post tes untuk mengukur pencapaian hasil belajar kimia, sedangkan retensinya dilakukan setelah 1 bulan materi diberikan dengan pos test 2. Deskripsi data berupa tes hasil belajar diramgkum pada table berikut :
Tabel.  Data Pre Test dan Pos Test siswa berdasarkan pencapaian hasil belajar.
Pokok Bahasan
Penilaian
Rata – rata Skor Mahasiswa
Kelompok Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Motivasi
706.16 ± 70.23
642.88 ± 91.37
Struktur dan Sifat-sifat Atom
Pretest
9.80 ± 1.53
10.86 ± 9.64
Postest 1
72.14 ± 24.94
67.80 ± 21.00
Postest 2
64.56 ± 22.42
55.38 ± 21.51
Iktan Kimia
Pretest
10.16 ± 2.02
9.96 ± 1.77
Postest 1
78.40  ± 23.19
64.56 ± 25.38
Postest 2
73.30 ± 23.96
57.48 ± 23.01
Stoikiometri
Pretest
7.68  ± 1.31
7.54 ± 1.21
Postest 1
72.08 ± 20.21
59.00 ± 23.25
Postest 2
67.80 ± 22.23
551.80 ± 21.08

            Setelah dilakukan perlakuan maka dilakukan pengujian hipotesis. Peneliti akan membandingkan hasil belajar kimia mahasiswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan tanpa menerapkan model pembelajaran berbasis masalah  untuk 3 pokok bahasan yaitu Struktur dan Sifat-sifat Atom, Ikatan Kimia, dan Stoikiometri melakukan uji – t . Berikut adalah table yang menyajikan deskripsi data hasil uji – t.
Tabel. Hasil data Uji – t
Pokok Bahasan
Harga t
Hasil Analisis
Ket
t Hitung
t tabel
Struktur dan Sifat-sifat Atom
Post Test 1
Post Test 2

0.941
2.089

1.993
1.993

t Hitung < t tabel
t Hitung > t tabel

Tidak berbeda  signifikan
Berbeda Signifikan
Ikatan Kimia
Post Test 1
Post Test 2

2.846
3.367

1.993
1.993

t Hitung >  t tabel
t Hitung > t tabel

Berbeda  signifikan
Berbeda Signifikan
Stoikiometri
Post Test 1
Post Test 2

3.048
3.692

1.993
1.993

t Hitung > t tabel
t Hitung > t tabel

Berbeda  signifikan
Berbeda Signifikan
Dalam penelitian ini juga akan dilihat pengaruh motivasi terhadap pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan tanpa menerapkan model pembelajaran berbasis masalah  untuk 3 pokok bahasan yaitu Struktur dan Sifat-sifat Atom, Ikatan Kimia, dan Stoikiometri dengan melakukan uji Anava . Berikut adalah tabel  yang menyajikan deskripsi data hasil uji anava untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap motivasi belajar
Berdasarkan tabel maka diperoleh data sebagai berikut:
No
Pokok Bahasan
Harga F
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1
Struktur dan Sifat-sifat Atom
21.567
5.079
2
Ikatan Kimia
36.636
8.228
3
Stoikiometri
37.562
30.409
Harga FTabel (2.47) = 3.200
Terlihat pada tabel perbedaan motivasi belajar di kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah memberikan hasil belajar kimia mahasiswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. 2) Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk mengingat lebih lama konsep – konsep materi pelajaran kimia. 3) Motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan mengingat konsep – konsep materi pelajaran kimia yang telah dipelajari lebih lama.Disarankan agar para pengajar kimia mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa/mahasiswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa/mahasiswa. Pembelajaran yang inovatif akan membuat siswa/mahasiswa lebih semangat dan serius dalam belajar sehingga hasil belajarnya memuaskan.




Daftar Pustaka
Alim Bahri, (2008). Pendekatan Pmbelajaran Untuk Mengembangkan kecakapan di abad-21 http:?waraskamdi.com
Arikunto, S. (2000). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih.A, 2004, Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Dahar.RW., 1991, Teori – Teori Belajar, Penerbit PT Gelora Aksara Pratama, Bandung.
Djojonegoro, W. (1996). Pengembangan Perguruan Tinggi dalam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta:Depdikbud.

Fogarty, R. 1997. Problem-based learning and other curriculum models for the multiple intelligences classroom. Arlington Heights, Illinois: Sky Light.

Fathurrohman, Sutikno, 2007, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Penerbit Refika Aditama, Bandung
GBPP, (2005), Garis-Garis Besar Program Pengajaran Jurusan Pendidikan Fisika tahun 2005, Jurusan Pendidikan Fisika FKIP UMN Al Washliyah Medan.
Hamalik, O., 1993, Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Mandat Maju, Bandung.
Joice, B, dan Weil, M., (1980), Models Of Teaching, 2 nd ed. Prentice-Hall Internasional Inc. Engliwood Cliffs, New Jersey.
Nurhayati, Abbas. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Program Studi Pendidikan Matematika Program pascasarjana. UNESA.

Pramoetadi, S., 2001. Pengembangan Proses Pembelajaran. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sadirman A. M., (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sagala, S., (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Sudjana, N., (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tampubolon, D.P. (2001). Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. Jakarta. Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar